Pesan Atuk Tengok Tv9

Bismillahirrahmanirrahim.. 

Turun sahaja dari kereta, kelihatan atuk Hj Hussin Bandung, yang merupakan seorang bilal di surau salah satu surau di Johor Jaya, sedang 'ngeteh' nampaknya di warung ibu. Agak lama tidak bertemu. 'Best' bila dapat jumpa atuk Hussin, banyak isi, banyak 'perli' untuk kesedaran diri.

"Tengoklah TV9 Halakah. Tengok tak?"  Saya menyeringai. 

"Haha.. Tengoklah. Bagus tu. " Sambung atuk lagi.

Hampir-hampir terlupa, namun alhamdulillah berkesempatan juga. Halakah kali ini (Selasa, 12/07/11), Sentuhan Qalbu 2011.

Gaya persembahan sebegini pernah saya lihat dalam internet, tentang Surat CInta tapi Indonesia punya. Baguslah kalau cuba diaplikasikan di Malaysia. 

Menceritakan seorang suri rumah, Norlida Abu Hassan, yang diuji setelah senang, senang setelah diuji. Apakah bezanya antara senang sebelum diuji dan senang selepas diuji?

Secara ringkas yang dapat saya kongsikan apa yang saya dapat, bak kata Puan Norlida, "Saya anggap kejayaan yang saya miliki itu adalah usaha saya sendiri." Itu sebelum diuji. Tetapi selepas diuji, dia jadi insan yang bersyukur, rapat dengan Allah. 

Buat pengetahuan para pembaca sekalian, mungkin ada juga yang menonton sama, apakah menu makanan buat anak-anak Puan Norlida saat dia diuji?  Ya, nasi goreng yang hanya berperencahkan bawang dan garam. Pernah rasa? Esok kita cuba masak, kita rasa. Setiap hari, itulah menu mereka. 

Para pembaca yang dikasihi sekalian, kalau kita ada di tempat anak-anak ini, tahankah? Sabarkah? Kata si ibu, "Sedikit pun mereka tidak mengeluh, mereka makan dengan gembira!" Subhanallah.. malunya saya dengan diri saya sendiri.. Tiada kata "asyik nasi goreng sahaja!". Subhanallah.. Mereka ke sekolah tanpa berbekalkan duit belanja. Mereka bukan bermula dengan keadaan susah, mereka asalnya hidup senang tetapi selesa dengan keadaan tersebut! Kita macam mana kita?

Petang tadi, seorang sahabat mesej, "Assalamualaikum. Apa beza BERSABAR dan BERSYUKUR? Ada persamaanka antara BERSABAR dan BERSYUKUR?"

Boleh saya katakan SABAR bila diuji, SYUKUR bila mendapat nikmat? Hasil dari ujian, kita melihat hikmahnya. Bukankah hikmah itu satu nikmat? 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannnya, (Mereka berdoa) : :Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami apa yang kami tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Surah Al-Baqarah 2:286)

Bukanlah kekayaan, kemuliaanmu, tapi ketakwaanmu, ketaatanmu kepada Allah. Itu lah orang yang mulia, dan terhormat. Mereka yang paling layak mendapatkan 'senyuman' Allah dan pujian dari Allah. 

"....Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." (Surah Al-Hujurat 49:13)

Para pembaca yang dikasihi sekalian, Allah telah menempatkan kita ditempat yang tinggi.

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30) 

Sedarkah selama ini kita telah membiarkan manusia menjadi juri? Yang diajar kepada kita apa?

 “Along carilah ilmu setinggi-tingginya, agar jadi engineer ada wang, naikkan nama keluarga ayah dan ibu dalam keluarga!” 

Kita dipenjara, sempit di bawah penilaian manusia sedangkan itu semua adalah fana. Dewasalah kita dalam jiwa yang sempit yang tidak pernah puas dengan dunia. Kita jadi pencinta dunia. 

"Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur." (Surah Al-Mukminun 23:78) 

"Celakalah (orang yang hidupnya menjadi) hamba-abdi dinar, celakalah (orang yang hidupnya menjadi) hamba abdi dirham. Celakalah (orang yang) menjadi hambar kepada pakaian. 

(Hadis Riwayat Imam Bukhari)

Kebaikan itu semuanya terhimpun dalam empat perkara: 

Tiap-tiap percakapan yang tidak disertai dengan mengingati Allah adalah sia-sia. Tiap-tiap diam yang tidak disertai dengan memikirkan kebesaran Allah adalah leka. Tiap-tiap pandangan yang tidak disertai dengan pengambilan iktibar adalah lalai. Tiap-tiap gerak yang tidak disertai dengan penghambaan adalah kosong. 

Itulah pesanan dari Saidina Ali r.a . 

~Mujahadahlah Duhai Diri~